Kamis, 22 September 2011

AGROTECHNOPRENEUR : WAWASAN, TANTANGAN, DAN PELUANG

Pada awal tahun 2000-an muncul sebuah istilah agrotechopreneur, istilah ini muncul sebagai respon atas maraknya istilah technopreneur dibidang bisnis berbasis teknologi.  Berdasarkan batasnya agrotechopreneurship sendiri adalah berbagai upaya yang dilakukan pihak-pihak, khususnya wirausaha dalam memanfaatkan peluang agribisnis (Brathwhite, 2009).
Pada dasarnya, untuk membangun keberhasilan seorang agropreneur harus memiliki sifat-sifat dibawah ini.
1.      Mampu memecahkan masalah dengan cepat dan teapat, terutama karena komoditas dan produk pertanian mudah rusak.
2.      Memiliki kebutuhan yang kecil terhadap status
3.      Memiliki energi yang tinggi
4.      Memeiliki daya tanggap yang baik terhadap keadaan mendesak.
5.      Memiliki kepercayaan diri yang baik
6.      Mampu bekerja secara terancam atau terorganisir dengan baik
7.      Mampu menerapkan peluang bisnis yang besar.
Di tingkat ASEAN ada beberapa agrotecnopreneur yang cukup berhasil, diantaranya Arsenio Barcelona seorang warga negara filipina yang mengomandani Harbest Agribussines Corporationyang didirikian tahun 1997. Kiat bisnisnya adalah menjual berbagai benih tanaman dari Known-You Seed Company, yang diimpor dari Taiwan dengan cara pemasaran yang meyakinkan dan penuh pembuktian dilapangan.  Keberhasilannya juga ditunjang oleh pengalamanya sebagai pemandu studi banding agribisnis di Taiwanuntuk para pelancong dan pengusaha Filipinayang beajar agribisnisn ditaiwan.
Agrotechnopreneur lain yang cukup terkenal adalah Bob Sadino, seorang pionir agribisnis indonesia yang melegenda sebagai seorang selebriti. Keberhasilan Bob Sadino terlihat dari dibangunya supermarket Kem Chicks  yang menjual beragam produk  agribisnis dan agroindustri dengan mutu tertinggi. Semua produk yang dijualnya berasal dari Kem Farm, yang dalam pembangan SDM merekrut para lulusan IPB dan universitass lainnya.

Iklim wirausaha agro di Indonesia sangat menjanjikan karena Indonesia merupakan negara agro terbesar di dunia, tetapi semua hal itu sangat tergantung pada peranan pemerintah, diantaranya harag yang fluktuatuf, konsumsi dan produksi komoditas yang tidak konstan, keterlibatan masyarakat yang sangat terbatas, inkonsistensi kebiajakan, fokus program yang belum tuntas, dll.

Apabila agroteknopreneur dapat mengembangkan usahanya, tidak mustahil usahanya tersebut akan mengankat nama Indonesia kepentas dunia. Oleh karena itu, jiwa agroteknopreneurship harus dikembangkan oleh semua kalangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar